Selasa, 03 Maret 2020

Sejarah Kota Semarang

Sejarah Berdirinya Kota Semarang


Hasil gambar untuk gambar tugu muda semarang

Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I) tiba-tiba ditempatkan sebagai penyebar agama Islam oleh Kerajaan Demak pada akhir-akhir abad ke-15. Ketika masa Made Panda tiba, daerah Pragota tempat ia berdakwah menjadi semakin subur seiring dengan berjalannya waktu. Pada masa kesuburan inilah muncul sebuah pohon asam yang warnanya seperti arang, yang oleh masyarakat Jawa disebut Asem Arang, dan hal ini yang menjadikan Pragota berubah nama menjadi Semarang meskipun awalnya hanya menjadi gelar atau nama panggilan bagi daerah tersebut. Pendiri desa pertama daerah tersebut, Made Pandan diberi gelar Kyai Ageng Pandan Arang I dan dibuat sebagai kepala daerah. Ketika ia wafat, kepemimpinan berpindah tangan kepada putranya, dan diberi gelar Pandan Arang II dan nantinya mendapatkan gelar-gelar lain seperti Sunan Bayat, Ki Ageng Pandanaran, Sunan Pandanaran II, atau bahkan hanya Sunan Pandanaran.

Perkembangan Semarang pada masa pemerintahan Pandan Arang II mulai menunjukkan perubahan yang sangat drastis, dan perubahan ini menarik perhatian salah satu petinggi Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya. Mengingat daerah Semarang tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk peningkatan daerah. Semarang kemudian diputuskan berubah menjadi Kabupaten pada tanggal 2 Mei tahun 1547 yang kebetulan pada waktu itu bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad. Pengesahan daerah ini menjadi Kabupaten dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya setelah sebelumnya melewati konsultasi panjang kepada Sunan Kalijaga, dimana kemudian tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai hari berdirinya kota Semarang.

Pada tahun 1678, Amangkurat II yang berasal dari Mataram berjanji untuk memberikan Semarang kepada pihak VOC. Perjanjian ini dibuat oleh Amangkurat untuk membayar hutang-hutangnya. Hingga ditahun 1705, akhirnya Semarang benar-benar diserahkan kepada pihak VOC sebagai imbalan setelah mereka membantu Pakubuwono I merebut Kartasutra. Mulai masa itu Semarang menjadi kota milik VOC yang kemudian berpindah tangan kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pada tahun 1906 melalui Stanblat no. 120 dibentuklah pemerintahan kota besar dengan Burgemeester sebagai pemimpinnya, ia masih terus mengikuti Belanda sebelum kepemimpinannya berakhir pada tahun 1942 dikarenakan Jepang tiba di Indonesia.

Kebijakan yang telah diterapkan oleh Kota Semarang akhirnya berganti setelah kependudukan Jepang di Indonesia dimulai, sebab oleh Jepang pimpinan daerah diubah menjadi dibawah pimpinan pihak militer Jepang (Shico) yang didampingi dua wakil (Fuku Shico) dimana salah satunya adalah orang Jepang dan yang lainnya adalah orang Indonesia. Beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan terjadi, tepatnya pada tanggal 15 hingga 20 Oktober tahun 1945, beberapa tentara Jepang yang ada di Semarang bersikeras tidak mau memberikan kontrol akan kota tersebut kepada pasukan kemerdekaan. Akhirnya perang yang memperoleh sebutan Pertempuran Lima Hari ini memakan beberapa korban, dimana salah satu yang tewas adalah seorang dokter muda berbakat yang bernama dr. Kariadi. Tokoh-tokoh kunci pada perang ini adalah:

dr. Kariadi

Mayor Kido


Kasman Singodimejo

Sejarah berdirinya kota Semarang meskipun diwarnai merah darah karena pertempuran 5 hari, tetaplah menjadi bagian sejarah Indonesia. Demi memeringati kejadian tersebut, dibangunlah Tugu Muda yang diharapkan berperan sebagai pengingat kepada masyarakat Semarang tentang kejadian perang di masa lalu. Tugu ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan pada 20 Mei 1953.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar